Kamis, 09 Juli 2009

JANGKA JAYABAYA

Ramalan Jayabaya
Label: Budaya

“Ramalan Jayabaya”, atau “Jangka Jayabaya” orang Jawa menyebutnya, dikenal dan dipercaya oleh kalangan sangat luas masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Entah sejak kapan “ramalan” ini beredar di tengah masyarakat. Tapi yang pasti ia telah dan akan selalu berulang hadir pada setiap saat masyarakat di dalam kemelut. Entah kemelut karena sebab sosial-politik, entah pula karena adanya bencana atau musibah besar yang melanda. Orang boleh percaya tapi boleh juga tidak percaya, terpulang pada masing-masing dalam menyikapinya.
Penampilan naskah “Ramalan Jayabaya” di bawah ini tidak dengan maksud mengajak memasuki debat, percaya atau tidak percaya terhadapnya. Tapi semata-mata melihatnya, bahwa “Jangka Jayabaya” merupakan hasil karya sastra lisan berbentuk syair yang beredar luas dan melampaui berbagai jaman. Untuk disimpan sebelum ia punah oleh perjalanan waktu dan peristiwa.

Ada pepatah Jawa berbunyi “sadawa-dawane lurung isih luwih dawa gurung” - sepanjang-panjang jalan masih lebih panjang lagi kerongkongan. Itu suatu peringatan. Bahwasanya segala bentuk wacana yang disampaikan secara lisan, akan mengalami pengurangan dan penambahan terus-menerus. Mengalami pengausan. Timbul sangat banyak versi, oleh karenanya, sehingga pada suatu ketika versi-versi tua akan menjadi aus sama sekali, dan timbullah sekian banyak “makhluk-makhluk” baru.
Versi yang diturunkan di bawah ini, salah satu saja dari sekian banyak lainnya yang tak terbilang. Menilik isi dan bahasanya, termasuk salah satu versi yang mutakhir. Tidak ada di sini, misalnya, ungkapan yang mengatakan “ngalor ngulon abure si mliwis putih” (ke barat laut belibis putih terbang), konon ramalan tentang si kulit putih yang bakal terusir kembali ke negeri asal mereka di barat laut; atau ungkapan yang berbunyi “si cebol kate saumur jagung panguwasane” (si pendek katai yang berkuasa seumur jagung), konon ramalan tentang jangka waktu masa pendudukan Jepang.
Teks di bawah ini, jika ditilik dari sudut kebahasaan, bertebaran di sana-sini kata-kata yang bukan Jawa; seperti “nglanggar sumpah” (melanggar sumpah), bukannya “nerak sesanti”, “ngendahake hukum” (mengindahkan hukum), bukannya “nggatekake wewaler”, bahkan - di ujung teks ada kata yang terbaca “selot-selote” (pada akhirnya), yang sangat jelas berasal dari kata Belanda “ten slotte”.
Jayabaya salah seorang raja Kediri (1130-57), penerus Airlangga yang paling banyak dikenang, walaupun tentang masa pemerintahannya sendiri tidak banyak diketahui oleh sejarah. Ketika itulah Empu Sedhah dan Empu Panuluh diperintahnya menyadur Mahabharata Sanskerta ke dalam kakawin Jawa Kuno Bhratayuddha. Empu Panuluh juga menggubah kakawin Gatotkacasraya dan Hariwamsa, sebagai puja-puji persembahannya pada junjungannya Sang Mapanji Jayabhaya Sri Dharmeswara Madhusuddhama Wartamindita itu.
Jaman Kediri, khususnya semasa Kameswara (1115-30) dan Jayabaya (1130-57), memang merupakan jaman mas bagi perkembangan sastra Jawa Kuno. Karena itulah tradisi Jawa mengatakan, bahwa Raja Jayabaya telah meramalkan tentang masa keruntuhan kerajaannya sendiri, dan sekaligus tentang kebangkitan dan kejayaannya kembali di kelak kemudian hari. Ramalan tentang jatuh-bangunnya “Negeri Jawa” atau Nusantara.*

Serat Jayabaya
Syair Jayabaya
Jayabaya’s Words



Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran.
Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
One day there will be a cart without a horse.

Tanah Jawa kalungan wesi.
Tanah Jawa berkalung besi.
The island of Java will wear a necklace of iron.

Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.
Perahu berlayar di ruang angkasa.
There will be a boat flying in the sky.

Kali ilang kedhunge.
Sungai kehilangan lubuk.
The river will loose its current.

Pasar ilang kumandhang.
Pasar kehilangan suara.
There will be markets without crowds.

Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak.
Itulah pertanda jaman Jayabaya telah mendekat.
These are the signs that the Jayabaya era is coming.

Bumi saya suwe saya mengkeret.
Bumi semakin lama semakin mengerut.
The earth will shrink.

Sekilan bumi dipajeki.
Sejengkal tanah dikenai pajak.
Every inch of land will be taxed.

Jaran doyan mangan sambel.
Kuda suka makan sambal.
Horses will devour chili sauce.

Wong wadon nganggo pakeyan lanang.
Orang perempuan berpakaian lelaki.
Women will dress in men’s clothes.

Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman.
Itu pertanda orang akan mengalami jaman berbolak-balik.
These are signs that the people is facing the era of turning upside down.

Akeh janji ora ditetepi.
Banyak janji tidak ditepati.
Many promises unkept.

Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe.
Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
Many break their oath.

Manungsa padha seneng nyalah.
Orang-orang saling lempar kesalahan.
People will tend to blame on each other.

Ora ngendahake hukum Allah.
Tak peduli akan hukum Allah.
They will ignore God’s law.

Barang jahat diangkat-angkat.
Yang jahat dijunjung-junjung.
Evil things will be lifted up.

Barang suci dibenci.
Yang suci (justru) dibenci.
Holy things will be despised.

Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit.
Banyak orang hanya mementingkan uang.
Many people will become fixated on money.

Lali kamanungsan.
Lupa jati kemanusiaan.
Ignoring humanity.

Lali kabecikan.
Lupa hikmah kebaikan.
Forgetting kindness.

Lali sanak lali kadang.
Lupa sanak lupa saudara.
Abandoning their families.

Akeh bapa lali anak.
Banyak ayah lupa anak.
Fathers will abandon their children.

Akeh anak wani nglawan ibu.
Banyak anak berani melawan ibu.
Children will be disrespectful to their mothers.

Nantang bapa.
Menantang ayah.
And battle against their fathers.

Sedulur padha cidra.
Saudara dan saudara saling khianat.
Siblings will collide violently.

Kulawarga padha curiga.
Keluarga saling curiga.
Family members will be suspicious of each other.

Kanca dadi mungsuh.
Kawan menjadi lawan.
Friends become enemies.

Akeh manungsa lali asale.
Banyak orang lupa asal-usul.
People will forget their roots.

Ukuman Ratu ora adil.
Hukuman Raja tidak adil
The ruler’s judgements will be unjust.

Akeh pangkat sing jahat lan ganjil.
Banyak pembesar jahat dan ganjil
There will be many peculiar and evil leaders.

Akeh kelakuan sing ganjil.
Banyak ulah-tabiat ganjil
Many will behave strangely.

Wong apik-apik padha kapencil.
Orang yang baik justru tersisih.
Good people will be isolated.

Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin.
Banyak orang kerja halal justru malu.
Many people will be too embarrassed to do the right things.

Luwih utama ngapusi.
Lebih mengutamakan menipu.
Choosing falsehood instead.

Wegah nyambut gawe.
Malas menunaikan kerja.
Many will be lazy to work.

Kepingin urip mewah.
Inginnya hidup mewah.
Seduced by luxury.

Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka.
Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
They will take the easy path of crime and deceit.

Wong bener thenger-thenger.
Si benar termangu-mangu.
The honest will be confused.

Wong salah bungah.
Si salah gembira ria.
The dishonest will be joyful.

Wong apik ditampik-tampik.
Si baik ditolak ditampik.
The good will be rejected.

Wong jahat munggah pangkat.
Si jahat naik pangkat.
The evil ones will rise to the top.

Wong agung kasinggung.
Yang mulia dilecehkan
Noble people will be abused.

Wong ala kapuja.
Yang jahat dipuji-puji.
Evil doers will be worshipped.

Wong wadon ilang kawirangane.
Perempuan hilang malu.
Women will become shameless.

Wong lanang ilang kaprawirane.
Laki-laki hilang perwira
Men will loose their courage.

Akeh wong lanang ora duwe bojo.
Banyak laki-laki tak mau beristri.
Men will choose not to get married.

Akeh wong wadon ora setya marang bojone.
Banyak perempuan ingkar pada suami.
Women will be unfaithful to their husbands.

Akeh ibu padha ngedol anake.
Banyak ibu menjual anak.
Mothers will sell their babies.

Akeh wong wadon ngedol awake.
Banyak perempuan menjual diri.
Women will engage in prostitution.

Akeh wong ijol bebojo.
Banyak orang tukar pasangan.
Couples will trade partners.

Wong wadon nunggang jaran.
Perempuan menunggang kuda.
Women will ride horses.

Wong lanang linggih plangki.
Laki-laki naik tandu.
Men will be carried in a stretcher.

Randha seuang loro.
Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
Two divorcees will be valued at 8,5 cents.

Prawan seaga lima.
Lima perawan lima picis.
A virgin will be valued at 10 cents.

Dhudha pincang laku sembilan uang.
Duda pincang laku sembilan uang.
A crippled widower will be valued at nine uang’s

Akeh wong ngedol ngelmu.
Banyak orang berdagang ilmu.
Many will earn their living by trading their knowledge.

Akeh wong ngaku-aku.
Banyak orang mengaku diri.
Many will claims other’s merits as their own.

Njabane putih njerone dhadhu.
Di luar putih di dalam jingga.
White outwardly but orange inwardly

Ngakune suci, nanging sucine palsu.
Mengaku suci, tapi palsu belaka.
They will proclaim their righteousness despite their sinful ways.

Akeh bujuk akeh lojo.
Banyak tipu banyak muslihat.
Many will use sly and dirty tricks.

Akeh udan salah mangsa.
Banyak hujan salah musim.
Rains will fall in the wrong season.

Akeh prawan tuwa.
Banyak perawan tua.
Many women will remain virgins into their old age.

Akeh randha nglairake anak.
Banyak janda melahirkan bayi.
Many divorcees will give birth.

Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne.
Banyak anak lahir mencari bapanya.
Newborns will search for their fathers.

Agama akeh sing nantang.
Agama banyak ditentang.
Religions will be attacked.

Prikamanungsan saya ilang.
Perikemanusiaan semakin hilang.
Humanitarianism will no longer have importance.

Omah suci dibenci.
Rumah suci dijauhi.
Holy temples will be hated.

Omah ala saya dipuja.
Rumah maksiat makin dipuja.
They will be more fond of praising evil places.

Wong wadon lacur ing ngendi-endi.
Di mana-mana perempuan lacur
Prostitution will be everywhere.

Akeh laknat.
Banyak kutuk
There will be many worthy of damnation.

Akeh pengkianat.
Banyak pengkhianat.
There will be many betrayals.

Anak mangan bapak.
Anak makan bapak.
Children will be against father.

Sedulur mangan sedulur.
Saudara makan saudara.
Siblings will be against siblings.

Kanca dadi mungsuh.
Kawan menjadi lawan.
Friends will become enemies.

Guru disatru.
Guru dimusuhi.
Guru is treated as an enemy.

Tangga padha curiga.
Tetangga saling curiga.
Neighbours will become suspicious of each other.

Kana-kene saya angkara murka.
Angkara murka semakin menjadi-jadi.
And ruthlessness will be everywhere.

Sing weruh kebubuhan.
Barangsiapa tahu terkena beban.
The eyewitness has to take the responsibility.

Sing ora weruh ketutuh.
Sedang yang tak tahu disalahkan.
The ones who know nothing will be prosecuted.

Besuk yen ana peperangan.
Kelak jika terjadi perang.
One day when there will armagedon.

Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor.
Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
In the east, in the west, in the south, and in the north.

Akeh wong becik saya sengsara.
Banyak orang baik makin sengsara.
Good people will suffer more.

Wong jahat saya seneng.
Sedang yang jahat makin bahagia.
Bad people will be happier.

Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul.
Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
When this happens, crow will be said heron.

Wong salah dianggep bener.
Orang salah dipandang benar.
The wrong person will be assumed to be honest.

Pengkhianat nikmat.
Pengkhianat nikmat.
Betrayers will live in the utmost of material comfort.

Durjana saya sempurna.
Durjana semakin sempurna.
The deceitful will decline even further.

Wong jahat munggah pangkat.
Orang jahat naik pangkat.
The evil persons will rise to the top.

Wong lugu kebelenggu.
Orang yang lugu dibelenggu.
The modest will be trapped.

Wong mulya dikunjara.
Orang yang mulia dipenjara.
The noble will be imprisoned.

Sing curang garang.
Yang curang berkuasa.
The fraudulent will be ferocious.

Sing jujur kojur.
Yang jujur sengsara.
The honest will unlucky.

Pedagang akeh sing keplarang.
Pedagang banyak yang tenggelam.
Many merchants will fly in a mess.

Wong main akeh sing ndadi.
Penjudi banyak merajalela.
Gamblers will become more addicted to gambling.

Akeh barang haram.
Banyak barang haram.
Illegal things will be everywhere.

Akeh anak haram.
Banyak anak haram.
Many babies will be born outside of legal marriage.

Wong wadon nglamar wong lanang.
Perempuan melamar laki-laki.
Women will propose marriage.

Wong lanang ngasorake drajate dhewe.
Laki-laki memperhina derajat sendiri.
Men will lower their own status.

Akeh barang-barang mlebu luang.
Banyak barang terbuang-buang.
The merchandise will be left unsold.

Akeh wong kaliren lan wuda.
Banyak orang lapar dan telanjang.
Many people will suffer from starve and stark-naked.

Wong tuku ngglenik sing dodol.
Pembeli membujuk penjual.
Buyers will flatter the sellers.

Sing dodol akal okol.
Si penjual bermain siasat.
Sellers will play tricks and muscles.

Wong golek pangan kaya gabah diinteri.
Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
The way people earn a living will be as paddies being sifted.

Sing kebat kliwat.
Siapa tangkas lepas.
Some will go wild out of control.

Sing telah sambat.
Siapa terlanjur menggerutu.
Those who are too far groaning.

Sing gedhe kesasar.
Si besar tersasar.
The ones on the top will get lost.

Sing cilik kepleset.
Si kecil terpeleset.
The ordinary people will slip.

Sing anggak ketunggak.
Si congkak terbentur.
The arrogant ones will be collided.

Sing wedi mati.
Si takut mati.
The fearful ones will not survive.

Sing nekat mbrekat.
Si nekat mendapat berkat.
The risk takers will be successful.


Sing jerih ketindhih.
Si hati kecil tertindih
The ones who are afraid will be crushed.

Sing ngawur makmur.
Yang ngawur makmur
The careless ones will be wealthy.

Sing ngati-ati ngrintih.
Yang berhati-hati merintih.
The careful ones will whine about their suffering.

Sing ngedan keduman.
Yang main gila menerima bagian.
The crazy ones will get their portion.

Sing waras nggagas.
Yang sehat pikiran berpikir.
The ones who are healthy will think wisely.


Wong tani ditaleni.
Si tani diikat.
The farmers will be controlled.

Wong dora ura-ura.
Si bohong menyanyi-nyanyi
Those who are corrupt will sing happily.

Ratu ora netepi janji, musna panguwasane.
Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
The rulers do not keep their promises, will lose their power.

Bupati dadi rakyat.
Pegawai tinggi menjadi rakyat.
The leaders will become ordinary persons.

Wong cilik dadi priyayi.
Rakyat kecil jadi priyayi.
The ordinary people will become leaders.

Sing mendele dadi gedhe.
Yang curang jadi besar.
The dishonest persons will rise to the top.

Sing jujur kojur.
Yang jujur celaka.
The honest ones will be unlucky.

Akeh omah ing ndhuwur jaran.
Banyak rumah di punggung kuda.
There will be many houses on horses’ back.

Wong mangan wong.
Orang makan sesamanya.
People will attack other people.

Anak lali bapak.
Anak lupa bapa.
Children will ignore their fathers.

Wong tuwa lali tuwane.
Orang tua lupa ketuaan mereka.
The olds forget their oldness.

Pedagang adol barang saya laris.
Jualan pedagang semakin laris.
Merchants will sell out of their merchandise.

Bandhane saya ludhes.
Namun harta mereka makin habis.
Yet, they will lose money.

Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan.
Banyak orang mati lapar di samping makanan.
Many people will die from starvation in prosperous times.

Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara.
Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
Many people will have lots of money yet, be unhappy in their live.

Sing edan bisa dandan.
Yang gila bisa bersolek.
The crazy one will be beautifully attired.

Sing bengkong bisa nggalang gedhong.
Si bengkok membangun mahligai.
The insane will be able to build a lavish estate.

Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil.
Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
The ones who are fair and sane will suffer in their lives and will be isolated.

Ana peperangan ing njero.
Terjadi perang di dalam.
There will be internal wars.

Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham.
Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
As a result of misunderstandings between those at the top.

Durjana saya ngambra-ambra.
Kejahatan makin merajalela.
The numbers of evil doers will increase sharply.

Penjahat saya tambah.
Penjahat makin banyak.
There will be more criminals.

Wong apik saya sengsara.
Yang baik makin sengsara.
The good people will live in misery.

Akeh wong mati jalaran saka peperangan.
Banyak orang mati karena perang.
There will be many people die in a war.

Kebingungan lan kobongan.
Karena bingung dan kebakaran.
Others will be disoriented, and their property burnt.

Wong bener saya thenger-thenger.
Si benar makin tertegun.
The honest will be confused.

Wong salah saya bungah-bungah.
Si salah makin sorak sorai.
The dishonest will be joyful.

Akeh bandha musna ora karuan lungane.
Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe
Banyak harta hilang entah ke mana.
Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
There will be disappearance of great riches, titles, and jobs.

Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram.
Banyak barang haram, banyak anak haram.
There will be many illegal goods.

Bejane sing lali, bejane sing eling.
Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
Good luck for the ignoramus, good luck for anyone who is aware.

Nanging sauntung-untunge sing lali.
Tapi betapapun beruntung si lupa.
Yet, no matter how lucky is the ignoramus.

Isih untung sing waspada.
Masih lebih beruntung si waspada.
It is more lucky for anyone who is alert.

Angkara murka saya ndadi.
Angkara murka semakin menjadi.
Ruthlessness will become worse.

Kana-kene saya bingung.
Di sana-sini makin bingung.
Everywhere the situation will be chaotic.

Pedagang akeh alangane.
Pedagang banyak rintangan.
Doing business will be more difficult.

Akeh buruh nantang juragan.
Banyak buruh melawan majikan.
Workers will challenge their employers.

Juragan dadi umpan.
Majikan menjadi umpan.
The employers will become bait.

Sing suwarane seru oleh pengaruh.
Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
Those who speak out will be more influential.

Wong pinter diingar-ingar.
Si pandai direcoki.
The wise ones will be ridiculed.

Wong ala diuja.
Si jahat dimanjakan.
The evil ones will be spoiled.

Wong ngerti mangan ati.
Orang yang mengerti makan hati.
The knowledgeable ones will be in much distress.

Bandha dadi memala.
Hartabenda menjadi penyakit
The material comfort will incite crime.

Pangkat dadi pemikat.
Pangkat menjadi pemukau.
Rank and position will become enticing.

Sing sawenang-wenang rumangsa menang.
Yang sewenang-wenang merasa menang
Those who act arbitrarily will feel as if they are the winners.

Sing ngalah rumangsa kabeh salah.
Yang mengalah merasa serba salah.
Those who act wisely will feel as if everything is wrong.

Ana Bupati saka wong sing asor imane.
Ada raja berasal orang beriman rendah.
There will be leaders who are weak in their faith.

Patihe kepala judhi.
Maha menterinya benggol judi
The chief minister is no one but a leader of the gamblers.

Wong sing atine suci dibenci.
Yang berhati suci dibenci
Those who have a holy heart will be rejected.

Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat.
Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
Those who are evil, and know how to flatter their boss, will be promoted.

Pemerasan saya ndadra.
Pemerasan merajalela.
Human exploitation will be worse.

Maling lungguh wetenge mblenduk.
Pencuri duduk berperut gendut.
The corpulent thieves will be able to sit back and relax.

Pitik angrem saduwure pikulan.
Ayam mengeram di atas pikulan.
The hen will hacth eggs in a carrying pole.

Maling wani nantang sing duwe omah.
Pencuri menantang si empunya rumah.
Thieves will not be afraid to challenge the target.

Begal pada ndhugal.
Penyamun semakin kurang ajar.
Robbers will dissent into greater evil.

Rampok padha keplok-keplok.
Perampok semua bersorak-sorai.
Looters will be given applause.

Wong momong mitenah sing diemong.
Si pengasuh memfitnah yang diasuh
People will slander their caregivers.

Wong jaga nyolong sing dijaga.
Si penjaga mencuri yang dijaga.
Guards will steel the very things they are to protect.

Wong njamin njaluk dijamin.
Si penjamin minta dijamin.
Guarantors will ask for collateral.

Akeh wong mendem donga.
Banyak orang mabuk doa.
Many will ask for blessings.


Kana-kene rebutan unggul.
Di mana-mana berebut menang.
Everybody will compete for personal victory.

Angkara murka ngombro-ombro.
Angkara murka menjadi-jadi.
Ruthlessness will be everywhere.

Agama ditantang.
Agama ditantang.
Religions will be questioned.

Akeh wong angkara murka.
Banyak orang angkara murka.
Many people will be greedy for power, wealth and position.

Nggedhekake duraka.
Membesar-besarkan durhaka.
Rebelliousness will increase.

Ukum agama dilanggar.
Hukum agama dilanggar.
Religious law will be broken.

Prikamanungsan di-iles-iles.
Perikemanusiaan diinjak-injak.
Human rights will be violated.

Kasusilan ditinggal.
Tata susila diabaikan
Ethics will left behind.

Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi.
Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
Many will be insane, cruel and immoral.

Wong cilik akeh sing kepencil.
Rakyat kecil banyak tersingkir.
Ordinary people will be segregated.

Amarga dadi korbane si jahat sing jajil.
Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
They will become the victims of evil and cruel persons.

Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit.
Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
Then there will come a ruler who is influential.

Lan duwe prajurit.
Dan punya prajurit.
And having armies.

Negarane ambane saprawolon.
Lebar negeri seperdelapan dunia.
The country will measured one-eighth of the world.

Tukang mangan suap saya ndadra.
Pemakan suap semakin merajalela.
The number of people who commit bribery will increase.

Wong jahat ditampa.
Orang jahat diterima.
The evil ones will be accepted.

Wong suci dibenci.
Orang suci dibenci.
The innocent ones will be rejected.

Timah dianggep perak.
Timah dianggap perak.
Tin will be thought to be silver.

Emas diarani tembaga.
Emas dibilang tembaga
Gold will be thought to be copper.

Dandang dikandakake kuntul.
Gagak disebut bangau.
A crow will be thought to be an heron.

Wong dosa sentosa.
Orang berdosa sentausa.
The sinful ones will be safe and live in tranquility.

Wong cilik disalahake.
Rakyat jelata dipersalahkan.
The poor will be blamed.

Wong nganggur kesungkur.
Si penganggur tersungkur.
The unemployed will be rooted up.

Wong sregep krungkep.
Si tekun terjerembab.
The diligent ones will be forced down.

Wong nyengit kesengit.
Orang busuk hati dibenci.
The people will seek revenge against the fiercely violent ones.

Buruh mangluh.
Buruh menangis.
Workers will suffer from overwork.

Wong sugih krasa wedi.
Orang kaya ketakutan.
The rich will feel unsafe.

Wong wedi dadi priyayi.
Orang takut jadi priyayi.
People who belong to the upper class will feel insecure.

Senenge wong jahat.
Berbahagialah si jahat.
Happiness will belong to the evil persons.

Susahe wong cilik.
Bersusahlah rakyat kecil.
Trouble will belong to the poor.

Akeh wong dakwa dinakwa.
Banyak orang saling tuduh.
Many will sue each other.


Tindake manungsa saya kuciwa.
Ulah manusia semakin tercela.
Human behaviour will fall short of moral enlightenment.

Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi.
Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
Leaders will discuss and choose which countries are their favourites and which ones are not.

Hore! Hore!
Hore! Hore!
HurraHurrah!

Wong Jawa kari separo.
Orang Jawa tinggal separo.
The Javanese will remain half.

Landa-Cina kari sejodho.
Belanda-Cina tinggal sepasang.
The Dutch and the Chinese each will remain a pair.

Akeh wong ijir, akeh wong cethil.
Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.
Many become stingy.

Sing eman ora keduman.
Si hemat tidak mendapat bagian.
The cautious ones will not get their portion.

Sing keduman ora eman.
Yang mendapat bagian tidak berhemat.
The ones who receive their portion will be prodigal.

Akeh wong mbambung.
Banyak orang berulah dungu.
Stupidity will be everywhere.

Akeh wong limbung.
Banyak orang limbung.
Bewildered persons will be everywhere.

Selot-selote mbesuk wolak-waliking jaman teka.
Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya jaman.
One day, yet slowly, the age of turbulence will come.

SURAT-SURAT BUNG KARNO

Surat-Surat Presiden Soekarno
Label: Lain-lain

surat-surat Presiden Soekarno,
yang ditulis dan dikirim kepada istrinya, Ratna Sari Dewi,
selama hari-hari pertama bulan Oktober 1965.
Surat-surat ini berhasil diselundupkan ke luar negeri,
dan diumumkan oleh Dewi di negeri Belanda bulan Oktober 1973.
Bahan ini dikutip dari
“Berita Pertimbangan” Tahun IV/18 Medio Oktober 1974

“De Nieuwe Linie”, 28 November 1973:

“Surat [di bawah] ini sesungguhnya adalah surat pertama yang dikirimkan oleh Sukarno kepada nyonya Dewi, mungkin pada malam atau sore hari tgl 1 Oktober 1965, yaitu hari terjadinya perebutan kekuasaan yang gagal itu, dan setibanya di istana Bogor atau ketika masih berada di lapangan udara militer Halim Perdanakusuma Jakarta”.

- Saya sedang berada “di tempat” dalam keadaan sehat. Saya berada di sini adalah akibat peristiwa-peristiwa di dalam angkatan perang tadi malam. Anak-anak yang melakukan apa yang dinamakan “pemberontakan” mau melindungi saya, mereka tidak menentang saya. Janganlah kau merisaukan saya.
- Fikiran saya, sekalipun dalam hari-hari yang kacau ini tetap padamu dan menyertaimu.
- Saya mengharap Tuhan melindungi isteriku Dewi. Saya merasa lebih dekat kepadamu dalam waktu-waktu yang kacau balau ini.
Sayang dan ciuman, selamanya

Sukarno


“NRC-Handelsblad”, 22 September 1973:
Presiden Sukarno melihat perebutan kekuasaan 30 September 1965 sebagai pertentangan di antara golongan kanan serta kiri di kalangan militer, di mana PKI tidak ambil bagian. Hal ini terungkap dari delapan pucuk surat-surat Sukarno yang dikirim dari Bogor melalui kurir tertanggal 2 sampai 10 Oktober 1965 kepada isterinya yang ketiga, seorang wanita Jepang Ratna Sari Dewi yang selama itu berada di vilanya, Wisma Yaso di luar kota Jakarta. Sukarno menyuratinya pada tanggal 2 dan 3 Oktober dan menyatakan, bahwa ia sedang menyelesaikan “pertentangan di kalangan militer”, dan untuk itu mengangkat jenderal Pranoto sebagai penjabat sementara panglima AD, oleh karena “dia adalah satu-satunya orang di MBAD yang bisa bergaul dengan golongan kiri dan kanan”. Surat-surat Sukarno dalam periode ini tidak menyebut-nyebut PKI. Mengenai nasib enam jenderal yang dibunuh waktu itu - mayatnya baru ditemukan pada tanggal 3 Oktober malam itu - ternyata sampai tanggal 3 Sukarno masih belum mengetahuinya. Dua hari kemudian, Sukarno masih belum jelas apakah para jenderal yang terbunuh itu merencanakan perebutan kekuasaan terhadapnya atau tidak. Ditulisnya “berita-berita yang ada saling bertentangan.”
Surat-surat Sukarno melukiskan keadaan waktu itu sangat bertentangan dengan penjelasan rezim Suharto yang berbunyi, bahwa Sukarno bersama-sama PKI merencanakan penangkapan serta pembunuhan terhadap enam jenderal pada tanggal 30 September itu. Dengan penjelasan demikian ini akan bisa dihalalkan penyingkiran terhadap Sukarno serta penyembelihan ratusan ribu kaum komunis dan golongan kiri lainnya.
Dari surat-surat yang diselamatkan oleh nyonya Dewi Sukarno itu ternyata, bahwa Sukarno menilai keenam jenderal itu sebagai “komunisto-phobi”, serta diliputi oleh demam anti-komunis yang berlebih-lebihan. Tetapi sedikit pun tak ada pertanda yang menunjukkan, bahwa dia mengetahui tindakan kolonel Untung dari pengawal istana “Cakrabirawa” terhadap para jenderal kanan yang menurut berita-berita mempersiapkan perebutan kekuasaan dengan dukungan CIA pada tanggal 5 Oktober.

***

2-10-’65

Dewiku tercinta,
Saya dalam keadaan baik dan sangat sibuk dengan konferensi bersama semua panglima militer untuk menyelesaikan konflik di kalangan militer. Jangan khawatir, sayang!
Sayang dan 1000 ciuman

Sukarno

3-10-’65

Saya telah menerima dua pucuk suratmu. Saya gembira mengetahui, bahwa engkau juga mendengarkan pidatoku dan menilainya sebagai pidato yang baik.
Anggota MBAD Pranoto agak lemah, tetapi dia adalah satu-satunya orang yang dapat bergaul dengan golongan kiri dan kanan. Saya untuk sementara menugaskan dia menjadi penjabat pimpinan sehari-hari Angkatan Darat. Komando tertinggi berada di tangan saya sendiri dan bila keadaan menjadi tenang kembali, maka saya akan mengangkat panglima yang tetap. Saya belum mengetahui di mana Yani berada, atau apa yang sesungguhnya terjadi terhadap dirinya.
Begitu keadaan aman, saya akan kembali ke Jakarta.
Berita-berita hari ini menunjukkan “belum”.
Saya selalu ingat padamu. Kau mengetahui betapa saya cinta padamu.

4-10-’65

Saya telah menerima suratmu. Terimakasih. Saya tahu bahwa tidak mungkin kau membuka rahasia-rahasia kepada para wartawan. Kepada Subandrio dan Leimena saya telah menyatakan, bahwa engkau tidak pernah lagi berbicara dengan wartawan. Kekasih, saya bangga akan kau, terimakasih banyak!
Saya sedang bekerja keras. Dewasa ini saya sedang mengadakan rapat dengan para panglima dan wakil-wakilnya dari seluruh angkatan. Doakan pada Tuhan semoga saya berhasil.

5-10-’65

Terimakasih untuk suratmu. Hari ini telah dimakamkan ke-enam jenderal dan seorang ajudan dari salah seorang jenderal. Bagian keamanan, maupun Subandrio dan Leimena tidak mengijinkan saya menghadirinya. Alasannya adalah keamanan. Mereka mengatakan siapa pun tidak dapat menduga apa yang akan terjadi dalam upacara yang mengharukan itu. Selesai upacara saya memanggil enam jenderal: jenderal Pranoto, jenderal Mursid, jenderal Sutadio, jenderal Ashari, jenderal Dirgo dan jenderal Adjie dari Bandung. Mereka ini adalah termasuk yang berpengaruh di kalangan angkatan darat. Mengenai jenderal-jenderal yang terbunuh, baiklah kita tunggu hasil dari penyelidikan rahasia kita, apakah benar mereka itu mau melakukan kudeta terhadap saya? Keterangan-keterangan yang ada saling bertentangan. Memang benar bahwa mereka semuanya adalah “komunistophobi”. Begitu keadaan memungkinkan saya akan datang ke Jakarta. Sekarang saya sudah sangat rindu terhadapmu, saya cinta padamu.

6-10-’65

Suratmu yang panjang telah saya terima ketika berlangsung sidang kabinet lengkap.
Saya senang, bahwa kau memperhatikan pendapat saya tentang hal-ihwal serta orang-orang. Ini menunjukkan bahwa kau adalah wanita yang sungguh-sungguh mencintai saya. Terimakasih kekasih.
Semua tindakan dan keputusanku adalah berdasarkan nasehat dari Leimena, Subandrio, Martadinata, Sutjipto, Umardhani, Pranoto dan banyak pembantu lainnya seperti Akhmadi. Aku sangat hati-hati. Hari ini aku telah meminta pendapat dari seluruh kabinet. Karena itu kau janganlah khawatir. Dalam hati saya selalu di sampingmu.

- Martadinata, panglima AL,
- Sutjipto, panglima kepolisian,
- Umardhani, panglima AU,
- Subandrio, wk perdana menteri pertama,
- Leimena, wk perdana menteri ketiga.


8-10-’65

Jangan salah mengerti. Saya tersenyum di sidang kabinet untuk menunjukkan pada dunia luar, bahwa tidak terjadi apa-apa dengan saya, gembira dan bahwa saya tetap menguasai keadaan (seperti kau tahu pers Nekolim memberitakan, bahwa saya telah kalah atau hampir kalah). Dan juga untuk membangkitkan kepercayaan dan kekuatan dari rakyat saya. Tahukah kau, bahwa jenderal-jenderal yang terbunuh telah saya nyatakan sebagai pahlawan revolusi dan saya naikkan pangkatnya setingkat. Tahukah kau bahwa saya telah memutuskan secara tertulis untuk memakamkan Erma Suryani (puteri Nasution) di Taman Pahlawan. Hanya keluarga Nasution sendiri yang memutuskan untuk memakamkannya di Kebayoran.
Mengapa kau begitu marah pada saya? Ini membuatku sedih dan putus asa. Kekasih tenanglah, Dewi manis tenanglah. Jangan membuat saya putus asa.
- pers Nekolim, istilah yang waktu itu dipakai untuk menyebut pers kaum neokolonialis serta imperialis.
- jenderal A.H. Nasution ketika itu menteri pertahanan.

9-10-’65

Pertama-tama saya mengabarkan, bahwa hari Minggu ini saya tidak dapat datang ke Jakarta, karena sore ini saya akan membicarakan sesuatu dengan staf Siliwangi di Bogor dan yang tidak dapat diadakan di Jakarta. Rapat dengan staf Siliwangi ini harus dilakukan dengan rahasia di Bogor. Dan kalau diselenggarakan di Jakarta akan segera “tercium” oleh sementara orang dari angkatan darat. Staf Siliwangi sangat mengkhawatirkan terhadap kemungkinan tersebut. Hanya kepadamu isteriku tercinta, yang kupercayai dapat kukatakan (secara sangat rahasia), bahwa staf Siliwangi dengan keras menentang rencana menempatkan panglima Siliwangi Adjie sebagai panglima Kostrad di Jakarta dan menggantikannya dengan Umar (dewasa ini panglima Jakarta). Staf Siliwangi tetap menahan Adjie sebagai panglima, karena Siliwangi adalah tumpuan saya yang terkuat.
Saya telah mempertimbangkan dengan baik semua nasehatmu, isteriku yang tercinta. Yang saya maksud adalah mengenai masalah Nasution, AURI dan ALRI dan sebagainya. Saya sekarang sangat berterimakasih untuk nasehat-nasehatmu. Mengenai Nasution, saya sekarang sampai kepada kesimpulan, bahwa dia dapat dipercaya. Hanya dia tak mempunyai pengalaman politik. Tapi walau bagaimanapun sejak sekarang saya akan menaruh kepercayaan kepadanya. Saya datang besok (Senin).

Sukarno
- Divisi Siliwangi berada di bawah komando Ibrahim Adjie, tumpuan Sukarno terpenting di dalam tentera. Kemudian sesudah Adjie diangkat sebagai duta besar di London, Siliwangi menjadi salah satu divisi yang paling aktif menumpas kaum komunis.

PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN DALAM PERSPEKTIF GOOD GOVERNANCE

Desentralisasi merupakan suatu kebutuhan dan keharusan bagi setiap masyarakat apapun bentuk dan ideologi negaranya. Dibandingkan dengan pola pemerintahan yang bercorak sentralistik apalagi yang bersifat berlebihan selama ini terbukti menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan warga masyarakat terhadap pemerintahan. Dalam hal ini desentralisasi lebih bisa diterima oleh masyarakat, dan oleh karenanya memiliki nilai (value) baik sedangkan sentralisasi dipersepsikan bernilai buruk sehingga cenderung ditolak. Desentralisasi lebih mendekatkan pemerintah dengan masyarakatnya, memberikan atau menyediakan layanan yang lebih baik, serta mengembangkan kebebasan, persamaan dan kesejahteraan. Secara politis, desentralisasi dianggap memperkuat akuntabilitas, kemampuan politis, dan integrasi nasional. Secara ekonomi, meningkatkan efisiensi dalam penyediaan jasa dan barang publik yang dibutuhkan masyarakat setempat, mengurangi biaya, meningkatkan output dan lebih efektif dalam penggunaan sumber daya manusia.

Salah satu isu yang penting untuk dibicarakan dan didiskusikan di era desentralisasi dan otoda saat ini adalah good governance atau tata kelola pemerintahan. Good governance dapat dipahami sebagai suatu media yang tepat dan efektif bagi pendidikan politik atau kekuasaan yang menyangkut akuntabilitas dan transparansi. Selain itu tata kelola juga berkaitan dengan keterbukaan pasar, dan penguatan konsep pada pengentasan kemiskinan.

Era reformasi yang berlandaskan demokratisasi, semangat kebebasan, dan civil society, harus diakui telah melahirkan kesadaran baru bagi kita sebagai sebuah bangsa untuk membangun good governance secara sungguh-sungguh. Selama lebih dari satu dekade ini sudah terjadi banyak perubahan dan kemajuan dibandingkan dengan masa Orde Baru yang lebih bersifat politis dan relatif semu. Tata kelola pemerintahan saat ini secara keseluruhan sudah bisa diukur, dipahami, dan disepakati hingga tingkat internasional.

Penegakan good governance, mengembangkan keterbukaan pasar, dan pengentasan kemiskinan diharapkan dengan itu semua Indonesia ke depan dapat kuat dan berkembang sebagai bagian dari tata peradaban yang lebih luas untuk mencapai demokrasi, kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi masyarakatnya.

Upaya untuk membangun sebuah good governance pun harus dengan pendekatan holistik, melibatkan banyak lembaga dan cara pandang sehingga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Hal ini berarti governance yang baik tidak hanya melibatkan aktor-aktor (orang atau individu) yang ada di dalam organisasi atau lembaga, tetapi juga melibatkan kultur, sistem yang dibangun, publik, industri (swasta), dan sebagainya.

Dalam hal ini, format interaksi antara pemerintah dengan masyarakat dari semula pemerintah (government) sebagai paradigma klasik pemerintahan negara dan penyelengaraan pembangunan maupun pelayanan publik, kini telah bergeser menjadi format baru kepemerintahan yang lebih dikenal dengan istilah governance (Suharto, 2005: 13).

Dalam tulisannya berjudul ”Good Governance” (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan), Prof. Bintoro Tjokroamidjojo (34:2000), mengemukakan sebagi berikut: ”Governance artinya memerintah–menguasai-mengurus-mengelola”. Beliau juga mengutip pendapat Bondan Gunawan yang menawarkan istilah ”penyelenggaraan” sebagai terjemahan dari governance. Kooiman (eds, 1993) menyatakan bahwa governance lebih merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Kemudian dalam Pidato Presiden 16 agustus 2000 istilah governance diterjemahkan sebagai ”pengelolaan”.

Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa istilah governance tidak hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan, tetapi juga mengandung arti pengurusan, pengelolaan, pengarahan, pembinaan, penyelenggaraan, bahkan juga bisa diartikan pemerintahan.oleh karena itu tidak mengherankan apabila terdapat istilah public governance, privat governance, corporate governance, dan banking governance. Governance sebagai terjemahan dari pemerintah kemudian berkembang dan menjadi populer dengan sebutan kepemerintahan, sedangkan praktek terbaiknya disebut kepemerintahan yang baik (good governance). Istilah kepemerintahan yang baik dapat ditemukan misalnya dalam Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAN dan BPKP; 2000), dan peraturan pemerintah No. 101 Tahun 2000, tentang Diklat Jabatan PNS.

Salah satu perwujudan nyata dari upaya pemerintah yang menitikberatkan pada perwujudan semangat good governance dan pembangunan sumber daya manusia di Indonesia (www.ppk.or.id) adalah Program Pengembangan Kecamatan (PPK). PPK adalah program pemerintah Indonesia yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan masyarakat di pedesaan dan sebagai sarana untuk perbaikan serta penguatan kelembagaan masyarakat dan kinerja pemerintah daerah. PPK merupakan langkah penyesuaian berlakunya UU No.22/1999 yang kemudian diperbarui dengan adanya UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang sering dikenal dengan undang-undang Otonomi Daerah. Hal ini kemudian ditegaskan dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-06/PB/2005 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan Republik Indonesia tentang Petunjuk Pencairan Dana Loan IBRD NO. 471O-IND/IDA CREDIT NO. 3806 IND (Third Kecamatan Development Project).

PPK (dalam Paket Informasi PPK, 2007/www.ppk.or.id) merupakan investasi Pemerintah RI dalam bentuk aset, sistem pembangunan partisipatif dan kelembagaan. Program ini bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di perdesaan melalui peningkatan pendapatan masyarakat, penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah, serta perwujudan prinsip-prinsip good governance. Melalui program ini diharapkan terwujud sistem pengaturan-dan-pengurusan (governance system) segala bentuk sumberdaya secara sehat, dimana semua pelakunya bersikap saling memberdayakan, memperkuat dan melindungi. Pelaksanaan PPK dipandu oleh Kebijakan Umum Pemerintah yang dirumuskan secara lebih detail ke dalam buku Pedoman Umum, buku Petunjuk Teknis Operasional (PTO) dan buku-buku Penjelasan.

Fokus pelaksanaan PPK berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan dan pelembagaan manajemen pembangunan partisipatif di daerah. Kecamatan menjadi wilayah utama, terutama pada lokasi kecamatan yang memiliki jumlah desa tertinggal relatif lebih banyak.

Sedangkan fokus kemiskinan dalam kegiatan atau program ini dibagi dalam dua dimensi, yaitu dimensi material dan dimensi sosial. Dimensi material menititikberatkan pada peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat, hal ini diwujudkan dalam bentuk penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi dasar dan penyediaan bantuan modal usaha. Sedangkan dimensi sosial dimaknai sebagai kondisi kemiskinan yang meminggirkan keterlibatan masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan.

Dalam kerangka otonomi daerah dan desentralisasi maka PPK dikembangkan sebagai media untuk membangun kesadaran masyarakat dan semua pihak terhadap perubahan arah pembangunan. Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan media pembelajaran dan pengembangan kemampuan para pelaku pembangunan, serta merupakan sebuah media mewujudkan masyarakat sebagai penggagas dalam sebuah kegiatan pembangunan. Pengembangan konsep PPK ini juga diarahkan pada penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance).

Pelaksanaan Program sendiri tentunya akan berhadapan dengan berbagai masalah. Fenomena seperti ini tentunya tidak bisa dihindari karena dalam sebuah masyarakat yang sedang menemukan jati diri dalam pembentukan demokrasinya yang relatif masih bersifat baru dan tergolong muda dalam masa perjalanannnya. Dalam kondisi Masyarakat yang seperti itu sangat sulit menghormati aturan permainan yang sudah ada selama ini, apalagi jika aturan main itu akan sangat mengganggu kepentingan mereka. Tantangan-tantangan seperti ini tentunya akan dihadapi oleh setiap orang yang diberi tanggung jawab sebagai pengantar kebijakan pemerintah.

Contoh konkret di Kabupaten Jember sendiri dalam hal ini (www.ppk.or.id) adalah adanya penyalahgunaan Dana Operasional Kegiatan (DOK) Program Pengembangan Kecamatan (PPK) oleh Ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Sukorambi yaitu Fitrotul Laili sebesar Rp. 66.401.550,- dan Ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Ledokombo Roif Fitrianto sebesar Rp.57.683.500,- yang tercantum dalam Surat Direktorat Jenderal (Dirjen) Perbendaharaan Departemen Keuangan Republik Indonesia No.414.2/1986/PMD tertanggal 2 Oktober 2007 yang mengindikasikan adanya korupsi dan penyalahgunanaan dana Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Kasus korupsi yang dilakukan oleh Ketua UPK Sukorambi dan Ledokombo ini sendiri masih dalam penganganan pihak Polres Jember dan dan sampai kini belum ada perkembangan lebih lanjut.

Sejalan dengan semangat desentralisasi, kaitannya dengan proses pembaharuan atau semangat untuk melakukan pengembangan bagi organisasi atau kelembagaan hal yang penting dilakukan adalah mencoba untuk mengembalikan hancurnya rasa saling percaya yang demikian akut menjangkiti masyarakat melalui penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance).

PPK (dalam Paket Informasi PPK, 2007/www.ppk.or.id) memberikan bantuan dana langsung kepada masyarakat (BLM) perdesaan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang akan didanai oleh PPK direncanakan, diputuskan, dilaksanakan dan dilestarikan sendiri oleh masyarakat. Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana dasar perdesaan, pinjaman modal usaha dan simpan pinjam, serta kegiatan sosial kemasyarakatan di bidang pendidikan dan kesehatan. Dalam menjalankan kegiatan, masyarakat mendapatkan bantuan teknis dari fasilitator maupun konsultan.

PPK (dalam Paket Informasi PPK, 2007/www.ppk.or.id) menyediakan dana hibah sebesar Rp.350 juta hingga Rp1 miliar secara langsung ke kecamatan dan desa untuk membiayai pembangunan prasarana skala kecil, kegiatan ekonomi, dan kegiatan sosial. Dalan pelaksanaannya, PPK menekankan prinsip partisipasi masyarakat, khususnya partisipasi dari kelompok perempuan dan penduduk miskin, transparansi, kesederhanaan, kompetisi dan keberlanjutan. Semua kegiatan PPK ditujukan untuk memungkinkan masyarakat mengambil keputusan sendiri tentang jenis kegiatan yang mereka butuhkan dan inginkan.

Setiap kecamatan (Paket Informasi PPK, 2007/www.ppk.or.id) mengikuti tiga siklus PPK dan tiga kali mendapatkan BLM. PPK I telah dilaksanakan sejak 1998 sampai 2001. Mulai 2002, pemerintah meluncurkan kembali PPK II. Keputusan pemerintah didorong oleh berbagai keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan PPK I. PPK II dilaksanakan di lokasi-lokasi yang belum pernah mengikuti PPK (lokasi baru) dan di lokasi PPK I yang baru sekali dan dua kali memperoleh perlakuan. Pada dasarnya, tidak ada perbedaan sistem dan mekanisme antara PPK I dan PPK II. Perbedaannya, PPK II lebih sebagai upaya peningkatan kualitas pelaksanaan PPK I dan langkah penyesuaian berlakunya UU No. 22/ 1999 tentang Pemerintahan Daerah. PPK II memberikan ruang yang lebih luas kepada daerah untuk secara sukarela terlibat dalam pembiayaan PPK di daerahnya dengan sumber dana BLM dari APBD Kabupaten, yang dikenal dengan pola matching grant. PPK dengan pola ini telah berlangsung di 149 kecamatan

PPK fase-1 (Paket Informasi PPK, 2007/www.ppk.or.id) dimulai pada Agustus 1998 dengan menggunakan bantuan Bank Dunia sebesar US$280 juta. Selama pelaksanaan PPK fase I (Agustus 1998-Agustus 1999), telah memberikan bantuan kepada 501 kecamatan yang tersebar di 105 kabupaten dan di 20 propinsi di Indonesia. Program ini telah mendanai sebanyak 60 jenis kegiatan di desa, termasuk pembangunan prasarana serta pinjaman modal untuk kegiatan ekonomi berskala kecil. Pada periode September 1999 sampai dengan Agustus 2000 dilaporkan ada penambahan sebanyak 269 kecamatan. Dengan demikian, PPK Fase I telah menjangkau lebih dari 772 kecamatan dan 12.269 desa.

Di Propinsi Jawa Timur (Tim Koordinasi PPK, 2005), pelaksanaan PPK fase I mulai digulirkan pada tahun anggaran 1998/1999. Lokasi PPK di 12 kabupaten yaitu Probolinggo, Malang, Lumajang, Ponorogo, Mojokerto, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep yang tersebar pada 322 desa di 53 kecamatan. Pada tahun anggaran 1999/2000, lokasi PPK fase I masih berada di 12 kabupaten, tetapi ada penambahan sebanyak 452 desa pada 20 kecamatan sehingga total desa yang terjaring Program Pengembangan Kecamatan (PPK) menjadi 774 desa pada 73 kecamatan.

Pada tahun anggaran 2001 (Suyanto dan Wibowo Eko Putro, 2003:5-7), lokasi PPK di Jawa Timur dengan alokasi dana sebesar Rp. 216 miliar telah mampu menurunkan angka 6,94 persen atau setara dengan 2.512 rumah tangga miskin (RTM) dan dapat meningkatkan pendapatan RTM antara Rp. 114.320 ,00 hingga Rp. 171.480, 00.

Pada tahun 2002 dimulai pelaksanaan PPK fase kedua (II). PPK fase II pada prinsipnya tidak berbeda jauh dengan PPK fase pertama. Perbedaan yang ada lebih pada upaya peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan serta perluasan pilihan kegiatan masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhannya.

Setelah PPK fase II (2003-2005) berjalan, pemerintah pusat melanjutkan program menuju ke PPK fase III, dengan manajemen yang agak berbeda. Pada PPK fase III, manajemen operasional dibiayai sepenuhnya oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dengan dukungan dari swadaya masyarakat. Pemerintah kabupaten dalam hal ini hanya memberikan dukungan operasional Pembinaan dan Administrasi Proyek (PAP).

PPK fase III yang dimulai pada tahun 2006, dalam hal ini program memberikan nilai tambah untuk penguatan kelembagaan dan pemerintahan lokal. Seiring dengan itu peran pemerintah pusat dan dan konsultan mulai ditarik, yang pada gilirannya, tujuan PPK adalah senantiasa menyesuaikan dengan dinamika yang sedang berkembang.

Pada tahun 2006 (Tim Koordinasi PPK, 2005/KM-Kab Jember, 2005) dimulai PPK fase III, termasuk di kabupaten Jember, sesuai dengan surat Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Nomor: 4142/267/PMD tanggal 2 Februari 2006 mengenai pelaksanaan PPK fase III. Alokasi Dana Operasional Kegiatan (DOK), Dana Alokasi PPK fase III di Kabupaten Jember sebesar Rp.3.500.000.000,- yang dialokasikan di 4 (empat) kecamatan dengan pembiayaan BLM dari APBD (cost sharing) 20% sebesar 700 juta dan dari APBN (Bank Dunia) sebesar Rp.2.800.000.000,-.

Program PPK sebagai suatu program pengentasan kemiskinan dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan cara melalui keterlibatan atau partisipasi masyarakat. Hal tersebut dapat terlihat dalam setiap proses pengambilan keputusan. Pengertian partisipasi dalam PPK adalah adanya keterlibatan masyarakat secara aktif terutama kelompok miskin dan perempuan dalam setiap tahap kegiatan PPK, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelestarian dan pengembangan kegiatan. Salah satu wujud partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan tentang alokasi dana PPK melalui musyawarah antar desa yang sebelumnya dibahas dalam musyawarah desa. Sehingga proses bottom up merupakan suatu bagian yang tidak bisa dilepaskan dalam kegiatan operasionalnya.

Terdapat beragam program pembangunan di banyak wilayah perdesaan negara-negara berkembang yang tergolong ke dalam pola pembangunan berbasis keputusan masyarakat. Di antara yang selalu menjadi contoh terbaik (benchmark) antar negara ialah Program Pengembangan Kecamatan, atau biasa dikenal sebagai Program PPK. Program ini sangat sering dipamerkan oleh pemerintah Indonesia maupun Bank Dunia kepada negara-negara lain, lokasi PPK tergolong sering dikunjungi misi Bank Dunia, donor lain, maupun perwakilan negara lain yang melakukan studi banding. Di Indonesia sendiri, pola-pola pengelolaan proyek di dalam Program PPK juga diadopsi ke dalam program pembangunan lainnya, baik oleh Bank Dunia sendiri, donor lain, maupun Pemerintah Daerah setempat. Dengan mempertimbangkan kesamaan konsep, proses, pelaksanaan, kontrol dan pola evaluasi yang dijalankan, barangkali sudah bisa dibaca bahwa PPK menjadi paradigma dominan dalam pembangunan perdesaan Indonesia (www.iaugusta.blogspot.com).

Pengikat keseluruhan proyek pemberdayaan oleh Bank Dunia (Dongier, et.al., 2003) digolongkan dengan ke dalam pola pembangunan berbasis keputusan masyarakat (community-driven development atau biasa disingkat sebagai CDD). Itulah sebabnya peninjauan kembali secara kritis atas program pemberdayaan bagi masyarakat desa akan menjadi relevan ketika ditujukan kepada pola pembangunan berbasis keputusan masyarakat (CDD) ini.